Inovasi “Hujan Buatan” pada Cerobong Asap Pabrik sebagai Upaya Penyelamatan Bumi dari Bahaya Polusi
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dewasa ini,
pencemaran udara oleh bahan-bahan kimia yang berasal dari aktivitas industri
telah sampai pada tahap yang membahayakan.
Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus dan tidak terkendali, maka akan
menyebabkan manusia tidak dapat bernafas lagi, karena seluruh atmosfer telah
penuh dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Pencemaran udara oleh
bahan-bahan kimia sudah merupakan suatu ancaman internasional, karena hal ini
ternyata bukan hanya terjadi di negara-negara yang memiliki industri saja,
namun polusinya juga menyebar ke negara-negara terdekat lainnya (Sumardjo,
2009).
Pembangunan
dalam bidang industri, menyebabkan tumbuhnya pabrik-pabrik yang memberikan
hasil samping berupa bahan-bahan kimia yang mengotori udara. Pencemaran udara
oleh bahan-bahan kimia akan menyebabkan masalah yang kompleks, karena tidak
hanya menyangkut kehidupan manusia, tetapi juga organisme hidup yang lain di
bumi.
Udara yang di dalamnya terkandung sejumlah
oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun
makhluk hidup lainnya. Udara merupakan campuran dari gas, yang terdiri dari
sekitar 78 % Nitrogen, 20 % Oksigen, 0,93 %, Argon, 0,03 % Karbon Dioksida (CO2)
dan sisanya terdiri dari Neon (Ne),
Helium (He), Metan (CH4) dan Hidrogen (H2).
Udara dikatakan normal
dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti tersebut
diatas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan
gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar
atau terpolusi (buletinlitbang.dephan.go.id,
2010).
Pencemaran
udara merupakan masalah global. Tingkat pencemaran udara di Indonesia sendiri
terus memperlihatkan kenaikan. Bahkan salah satu studi melaporkan bahwa
Indonesia menjadi negara dengan tingkat polusi udara tertinggi ketiga di dunia.
World Bank juga menempatkan Kota
Jakarta menjadi salah satu kota dengan kadar polutan atau partikulat tertinggi
setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City.
Diperkirakan pencemaran udara akibat kegiatan industri akan meningkat sepuluh
kali lipat pada tahun 2020 dari kondisi pada tahun 2000.
Pencemaran udara pada dasarnya
berbentuk partikel
(debu, gas, timah hitam) dan gas Karbon
Monoksida (CO), Nitrogen
Oksida (NOx), Sulfur
Oksida (SOx), Hidrogen Sulfida (H2S), dan hidrokarbon.
Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan
kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran, dan komposisi kimiawinya. Misalnya
hujan asam (HNO3
dan H2SO4) yang dapat mengakibatkan kanker, gas CO yang dapat mematikan
apabila menghirupnya secara langsung, dan meningkatnya suhu bumi akibat
pertambahan CO2.
Selain itu juga, Timbal yang masuk kedalam tubuh juga akan merusak sel-sel
darah merah pada tubuh manusia.
Pencemaran udara disamping
berdampak langsung bagi kesehatan manusia, juga berdampak tidak langsung bagi kesehatan. Efek
SO2 terhadap vegetasi
diketahui
dapat menimbulkan pemucatan pada bagian antara tulang atau tepi daun. Emisi oleh Fluor (F), Sulfur
Dioksida (SO2) dan Ozon
(O3) mengakibatkan gangguan proses asimilasi pada tumbuhan.
Pada tanaman sayuran yang terkena atau mengandung
pencemar Pb yang pada akhirnya memiliki potensi bahaya kesehatan masyarakat
apabila tanaman sayuran tersebut dikonsumsi oleh manusia.
Potensi pabrik industri yang
berkembang pesat di perkotaan,
memang
memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia melalui barang produk dan
jasa yang dihasilkan, namun disisi lain pertumbuhan industri telah menimbulkan
masalah lingkungan yang cukup serius. Dampak negatif dari
banyak berdirinya pabrik industri di kota-kota besar di Indonesia,
mengakibatkan udara disekitar pabrik tercemar. Pencemaran udara terjadi
karena kehadiran
satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah
yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika
dan kenyamanan lingkungan (Hardiyanto,
2010).
Pabrik-pabrik industri
yang ada di Indonesia saat ini kurang memperhatikan filter pada cerobong asap
pabriknya, sehingga asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong asap pabrik
tidak tersaring dengan baik. Hal ini dapat membahayakan udara disekitar pabrik,
karena zat-zat dan kandungan logam berbahaya yang ada pada asap ikut mencemari
udara. Jika cerobong asap pabrik tidak memiliki filter yang baik, maka asap
akan mengeluarkan banyak debu serta bau yang tidak sedap. Logam-logam berat
yang dimuntahkan oleh cerobong asap pabrik dalam bentuk partikel perlu mendapat
perhatian. Bahan-bahan kimia metalik ini sangat berbahaya bagi kehidupan
manusia, hewan dan tumbuhan (Sumardjo, 2009).
Masalah asap pabrik
industri disebabkan oleh cerobong asapnya yang tidak efektif. Di Indonesia,
model dan posisi cerobong asap pabrik telah mengakibatkan semakin parahnya
polusi udara. Selama ini cerobong asap pabrik dibangun menjulang tinggi ke langit
(vertikal) dengan harapan agar gas buangnya akan berterbangan ke angkasa.
Padahal, gas buangnya akan terbawa lagi ke bumi ketika terjadi hujan, bahkan
menjadi hujan asam.
Teknologi untuk
mengatasi limbah asap pabrik yang terus mengancam kualitas udara kurang
mendapatkan perhatian serius di Indonesia. Padahal, tidak sedikit permasalahan
limbah asap pabrik terbentur pada permasalahan penggunaan teknologi. Dengan
semakin berkembangnya perindustrian di Indonesia, sudah selayaknya pemilihan
serta penggunaan teknologi yang tepat dalam mengatasi masalah limbah udara segera
diterapkan.
Melalui gagasan
tertulis yang kami ajukan ini, kami ingin memperkenalkan sebuah teknologi
inovasi “Hujan Buatan” pada cerobong asap pabrik sebagai upaya penyelamatan
bumi dari bahaya polusi. Konsep yang akan diterapkan adalah dengan memanfaatkan
air untuk menangkap logam berbahaya yang terkandung pada limbah asap pabrik, sehingga asap yang keluar dari cerobong asap pabrik
menjadi tidak berbahaya bagi lingkungan. Hasil
samping dari teknologi ini adalah silika, yang nantinya dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar pembuatan semen berkualitas tinggi.
Tujuan
Memaparkan gagasan tertulis mengenai teknologi inovasi
hujan buatan dalam penerapannya pada cerobong asap pabrik, sehingga dapat memberikan
solusi yang tepat untuk menyelamatkan ligkungan dari pencemaran udara. Selain
itu juga untuk mengetahui potensi hasil tangkapan hujan buatan yang berupa
logam silika dalam pemanfaatannya sebagai bahan dasar pembuatan semen.
Manfaat
Penulisan gagasan tertulis ini diharapkan dapat
memberi manfaat kepada masyarakat, swasta, dan pemerintah mengenai teknologi
inovasi hujan
buatan dalam penerapannya pada cerobong asap pabrik, sebagai
solusi untuk menyelamatkan bumi dari pencemaran udara. Selain itu juga, dapat
mempelajari pemanfaatan hasil dari tangkapan hujan buatan berupa silika sebagai
bahan dasar pembuatan semen.
GAGASAN
Kondisi Kekinian
Dampak Negatif Polusi
Udara dari Cerobong Asap Pabrik
Cerobong
asap pabrik yang mengeluarkan asap hitam tebal, banyak mengandung
partikel-partikel halus butiran-butiran yang begitu kecil sehingga dapat
menembus bagian terdalam paru-paru. Sebagian besar partikel halus ini terbentuk
dengan polutan lain, terutama sulfur dioksida dan oksida nitrogen, dan secara
kimiawi berubah dan membentuk zat-zat nitrat dan sulfat. Sementara itu, hasil
penelitian World Health Organization
(WHO) di pusat-pusat lokasi industri terjadi penurunan mutu udara ambien tiga
kali lebih buruk dari baku mutu yang telah ditetapkan (Ariyanto, 2003).
Kelestarian lingkungan hidup
menjadi perhatian utama negara-negara di dunia saat ini. Isu lingkungan hidup
dan pemanasan global memang menjadi fokus perhatian di banyak negara. Bandung
sebagai salah satu kota hijau di Indonesia pun
tidak luput dari bahaya polusi. Menurut Ir. Puji Lestari (2007) ahli polusi udara dari Departemen Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB mengatakan, kondisi polusi
udara di Kota Bandung kian hari memang kian buruk. Hasil pengukuran tahun 2005
di beberapa ruas jalan menunjukkan kadar polutannya sudah melewati nilai ambang
batas. Hasil pengukuran di Jalan Asia Afrika menunjukkan kadar karbon monoksida (CO) 8-12 ppm dan NOx 0,03–0,075
ppm. Di Jalan Merdeka, CO mencapai 8,2-14,7 ppm dan NOx 0,03-0,11 ppm. Padahal, batas konsentrasi CO adalah 9 ppm dan oksida nitrogen
(NOx) 0,05 ppm.
Merujuk pada penelitian
lainnya yang bertajuk “Emission Inventory
2005″ yang dilakukan oleh Puji Lestari bersama beberapa rekannya, ditemukan
bahwa total emission loading di Kota Bandung untuk CO adalah 185.476,4
ton/tahun, NOx 12. 226,4 ton/tahun, SOx 993,2 ton/tahun, HC 26.283,3 ton/tahun
dan PM 10 (partikel debu berukuran kurang dari 10 mikron) 1.112,9 ton/tahun.
Angka yang sudah menjadi ancaman mengerikan, mengingat udara kota seperti
itulah dihirup setiap saat.
Pencemaran udara yang
terjadi di kota-kota besar sebagai daerah padat industri telah menghasilkan
gas-gas yang mengandung zat di atas batas kewajaran yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan bagi kesehatan manusia. Sumber pencemaran yang berasal dari
pabrik industri akan menghasilkan
unsur-unsur polutan ke atmosfir
bumi, diantaranya adalah sebagai berikut;
a. Kadmium
Kadmium
merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko
tinggi terhadap pembuluh
darah. Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan
dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil pada
konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan pada paru-paru, emphysema
dan renal turbular disease yang kronis (Wikipedia, 2011).
Jusni (1986:14)
memaparkan kadmium merupakan unsur logam berat yang paling beracun setelah
unsur merkuri. Dampak keracunan mengakibatkan tekanan darah tinggi, kerusakan
ginjal, kehilangan sel darah merah, gangguan lambung, dan kerapuhan tulang.
b. Kromium
Beberapa senyawa
kromium merupakan senyawa yang bersifat korosi dan karsinogen. Toksisitas unsur
kromium terhadap organisme perairan tergantung pada bentuk dan bilangan
oksidasinya, pH, efek sinergis, dan antagonisnya. Dampak keracunan kromium
diduga menyebabkan kanker pada kulit dan alat pernafasan. Umumnya unsur berasal
dari limbah industri pelapisan elektro, pertambangan, logam campuran, cat, zat
warna, penyepuhan logam, kimia, tekstil, dan kulit (Jusni, 1986:18).
c. Merkuri
Ion
merkuri dan tekstil merkuri dalam air merupakan unsur yang paling beracun
terhadap organisme hidup. Dampak keracunan yang disebabkannya adalah kerusakan
saraf, paralisis, kebutaan, keterbelakangan mental pada bayi. Jenis Industri
yang mengeluarkan limbah merkuri adalah industri kimia, batu baterai, cat, zat
warna, elektronik, obat-obatan, bahan peledak, kertas, kulit, lampu neon,
pestisida, fotografi, pengerjaan logam, dan baja (Jusni, 1986:23).
d. Nikel
Menurut
Jusni (1986:31) unsur logam berat nikel merupakan unsur yang kurang beracun
jika dibandingkan dengan unsur merkuri, timbel, dan kadmium. Tetapi dalam
jumlah besar akan bersifat racun terutama pada kehidupan tumbuh-tumbuhan.
Limbah asap pabrik yang keluar dari cerobong asap pabrik banyak
mengandung nikel.
e. Timbal
Dibandingkan
dengan unsur merkuri dan cadmium, maka unsur timal
tidak begitu beracun. Tetapi unsur ini bersifat kronis dan kumulatif. Senyawa
timbal
organik lebih beracun daripada bentuk senyawa anorganiknya. Umumnya unsur timbal
berasal dari limbah industri cat, zat warna, bahan bakar mobil, baterai,
elektronik, bahan peledak, keramik, dan fotografi. Dampak keracunan dari
senyawa timbel ini adalah anemia, kelainan ginjal, kemerosotan mental pada anak, dan gangguan jiwa (Jusni, 1986:36).
f.
Silika
Silika atau dikenal
dengan silikon dioksida (SiO2) dalam
ilmu kimia adalah suatu senyawa yang mengandung
satu anion dengan
satu atau lebih atom silikon
pusat yang dikelilingi oleh ligan
elektronegatif. Jenis silika yang sering ditemukan umumnya terdiri dari silikon
dengan oksigen sebagai
ligannya. Anion silika dengan muatan listrik negatif, harus mendapatkan
pasangan kation
lain untuk membentuk senyawa bermuatan netral (Wikipedia, 2011).
Saat ini dengan perkembangan teknologi, mulai banyak
aplikasi penggunaan silika pada industri semakin meningkat terutama dalam
penggunaan silika pada ukuran partikel yang kecil sampai skala mikron atau
bahkan nanosilika. Kondisi ukuran partikel bahan baku yang diperkecil membuat
produk memiliki sifat yang berbeda yang dapat meningkatkan kualitas. Sebagai
salah satu contoh silika dengan ukuran mikron banyak diaplikasikan dalam
material building, yaitu sebagai
bahan campuran pada beton. Rongga yang kosong di antara partikel semen akan
diisi oleh mikrosilika sehingga berfungsi sebagai bahan penguat beton
(mechanical property) dan meningkatkan daya tahan (durability). Selama ini
kebutuhan mikrosilika dalam negeri dipenuhi oleh produk impor.
Pabrik-pabrik
yang dapat menimbulkan pencemaran udara antara lain pabrik pengolahan minyak
bumi, pabrik pengolahan logam, pabrik tekstil, pabrik gula, pabrik pengolahan
karet, pabrik plastik, dan semen. Pabrik-pabrik kimia dalam banyak hal membuat
kemungkinan menghasilkan semua bentuk pencemaran udara. Lewat cerobong asap
pabrik-pabrik kimia, bahan-bahan kimia beracun dibuang ke udara. Bahan-bahan
kimia beracun dari cerobong asap pabrik, baik yang berbentuk gas ataupun yang
berbentuk partikel-partikel, berpengaruh buruk bagi kesehatan dan banyak
menimbulkan masalah yang harus ditanggulangi.
Dampaknya bagi kesehatan manusia yang disebabkan oleh pencemaran
udara akan terakumulasi dari hari ke hari. Dampaknya dalam jangka waktu yang
lama akan berakibat
pada berbagai gangguan kesehatan, seperti bronchitis, emphysema, dan
kanker paru-paru. Dampak kesehatan yang diakibatkan oleh pencemaran udara
berbeda-beda antar individu. Populasi yang paling rentan adalah kelompok
individu berusia lanjut dan balita. Menurut penelitian di Amerika Serikat,
kelompok balita mempunyai kerentanan enam kali lebih besar jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Kelompok balita lebih rentan karena mereka lebih aktif,
dengan demikian menghirup udara lebih banyak, sehingga mereka lebih banyak
menghirup zat-zat pencemar.
Selain berdampak
terhadap kesehatan, pencemaran udara juga dapat menganggu keseimbangan alam.
Seperti menghambat fotosistesis tumbuhan. Terhadap tanaman
yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat
terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis,
dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat
menghambat proses fotosintesis.
Selanjutnya dapat
meningkatkan efek rumah kaca. Efek rumah
kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan
N2 O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi
panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas
terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan
global. Pemanasan global sendiri akan berakibat pada pencairan es di kutub, perubahan
iklim regional dan global, perubahan siklus hidup flora dan fauna, serta kerusakan lapisan ozon.
Solusi yang Sudah
Diterapkan Sebelumnya
Usaha-usaha untuk menanggulangi pencemaran logam
berat di Indonesia sampai saat ini belum banyak dilakukan. Hal ini terutama
karena sebagian besar industri di Indonesia belum mempunyai sarana pengolahan
limbah yang memadai (Kompas,
2008). Sehingga perlu diterapkan inovasi teknologi yang efisien
dan mudah untuk diterapkan.
Untuk menanggulangi pencemaran
lingkungan yang pernah di terapkan sebelumnya dengan cara teknis dilakukan
dengan menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran. Beberapa alat
bantu yang digunakan untuk mengurangi atau menanggulangi pencemaran lingkungan
adalah (http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/rekayasa_lingkungan/bab8_usaha_penanggulangan_pencemaran_udara.pdf)
a. Filter Udara
Filter udara
yang dimaksudkan untuk menangkap abu atau partikel yang keluar dari cerobong
atau stack agar tidak ikut terlepas kelingkungan sehingga udara bersih saja
yang keluar dari cerobong. Namu, ada
kekurangan dari filter udara ini, diantaranya adalah lebih
cepat kotor dan panas
mesin ikut masuk kedalam ruang bakar udara.
Gambar 1. Filter
Udara
b. Pengendap Siklon
(Cyelone Separator)
Pengendap Silikon
adalah pengendap debu atau abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam
ruangan pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah dengan pemanfaatan
gaya sentrifugal dari udara atau gas
buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga
partikel yang relatif berat akan jatuh kebawah.
Kekurangannya tidak cocok digunakan bagi
industri yang mengemisikan partikulat basah, karena dapat terkumpul di dinding
siklon atau di inlet (inlet spinner
vanes).
Gambar 2. Pengendap
Siklon
c. Pengendap Sistem
Gravitasi
Alat pengendap
ini digunakan untuk membersihkan udara kotor yang berukuran partikelnya relatif
cukup besar sekitar atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana
sekali yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat
sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara
tiba-tiba, partikel akan jatuh terkumpul dibawah akibat gaya berat sendiri. Namun, masih banyak pabrik industri yang belum
menggunakan filter pengendap sistem gravitasi karena biayanya relatif mahal.
Gambar 3. Pengendap
Sistem Grafitasi
d. Pengendap
Elektrostatis
Alat pengendap
elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara kotor dalam jumlah relatif
besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara yang
keluar dari alat ini sudah relatif bersih. Kekurangan dari filter pengendap elektrostatik tersebut harganya masih relatif
mahal, sehingga banyak pabrik industri yang tidak menggunakannya.
Gambar 4. Pengendap
Elektrostatik
Jenis penyaring polusi pada asap pabrik diatas, masih banyak ditemukan kekurangan dan harganya juga
relatif mahal, sehingga tidak banyak pihak pemilik pabrik tidak mau
menggunakannya. Selain itu juga, semua filter diatas tidak ada yang
memanfaatkan air, sehingga belum mampu mengikat silika sebagai yang terkandung
pada limbah asap pabrik sebagai bahan dasar pembautan semen.
Kondisi Kekinian Inovasi Hujan Buatan
Air
adalah zat atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta
mil³) tersedia di bumi. Keberadaan air
memiliki peran yang sangat besar di segala aspek, terutama dalam hal
perindustrian. Air dalam industri tidak hanya digunakan sebagai pencuci bahan
baku produksi melainkan dapat digunakan sebagai pencuci atau penyaring limbah
dari proses produksi yang dihasilkan melalui cerobong asap pabriknya. Proses
penyaringan limbah tersebut sangat efektif jika menggunakan media air.
Sifat air yang halus
dapat mengikat
logam berbahaya yang terkandung dalam limbah asap pabrik, salah satunya ada
silika yang menjadi hasil samping dari inovasi hujan buatan. Menurut Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Air), air sering disebut sebagai
pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam
kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat
di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat
dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+)
yang berikatan dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Zat-zat kimia yang dihasilkan oleh sisa pembuangan proses industri
sangatlah berbahaya untuk lingungan sekitar. Selain bisa berdampak pada
kelestarian lingkungan, juga bisa mengakibatkan berbagai penyakit pada manusia.
Ironisnya, pihak-pihak pabrik
sembarangan dalam hal pembuangan limbah yang dihasilkan dari proses
perindustriannya.
Akibatnya banyak lingkungan yang tercemar
yang semuanya bersumber dari pihak-pihak pengelola industri yang tidak
bertanggung jawab.
Menurut Rismunandar (1984:4), air yang dalam keadaan murni memiliki
sifat dapat
melarutkan dan melapukkan benda-benda keras dan logam
tertentu yang terdapat pada limbah asap pabrik serta dapat melepaskan kembali zat
yang larut di dalamnya.
Oleh karena itu, konsep hujan buatan pada cerobong asap pabrik akan
dikombinasikan dengan air untuk meminimalisir dampak-dampak yang terkandung
dalam limbah-limbah hasil produksi pabrik. Dengan adanya inovasi hujan buatan
inilah yang akan memfilter semua limbah asap pabrik sebelum dikeluarkan ke
lingkungan sekitar. Zat-zat berbahaya yang terkandung di dalam limbah asap
pabrik akan disaring oleh air pada cerobong asap pabrik. Sehingga sisa-sisa
penyaringan tersebut jika dikeluarkan ke lingkungan sudah dalam keadaan bersih
dan aman bagi lingkungan.
Pihak-pihak yang
Dipertimbangkan dalam Mengimplementasikan Gagasan Inovasi Hujan
Buatan
Gagasan Inovasi hujan buatan akan dapat terimplementasikan dengan baik jika adanya dukungan dari berbagai pihak, yakni dari pemerintah, pihak swasta
yang bergerak dalam kegiatan industri, serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
yang bergerak di bidang lingkungan.
Dukungan disini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk.
Misalnya pemerintah yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan dan peraturan tentang
standar pembuatan cerobong asap pabrik, memberikan dana kepada pihak
produsen secara langsung untuk digunakan dalam proses pembangunan filter hujan buatan ini.
Selain itu, pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat dapat melakukan kerja sama yang bertujuan untuk
memberikan sosialisasi dan pendampingan kepada produsen yang akan
membangun filter hujan buatan
ini. Bagi LSM yang bergerak di dibidang lingkungan sendiri
dapat menjadi pengawas kepada pihak produsen dan pelindung bagi masyarakat.
Pada intinya semua pihak yang terkait dalam gagasan ini dapat memberikan
dukungan sepenuhnya untuk mengimplementasikan gagasan Inovasi hujan buatan pada
cerobong asap pabrik.
Langkah-langkah
Strategis Penyelamatan Bumi dari Bahaya Polusi Udara dengan Hujan Buatan
Inovasi hujan
buatan pada cerobong asap pabrik merupakan solusi
yang efektif dalam upaya mengurangi bahaya polusi udara
yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik industri. Membuat filter cerobong asap
pabrik dengan memanfaatkan air dirasa efektif karena dapat menangkap partikel-partikel
logam berbahaya dengan baik. Selain itu, hasil dari tangkapan
partikel logam yang berasal dari asap tersebut bisa
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan semen, yakni dalam bentuk
silikon. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Brent Constantz (Vivanews, 2011),
bahwa air yang menangkap asap pabrik dapat dibuat sebagai bahan dasar semen. Yang
tidak kalah pentingnya cara ini tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
Adapun
pelaksanaan inovasi hujan buatan sebagai upaya penyelamatan bumi dari bahaya
polusi yaitu:
1.
Membangun tangki penyimpanan air
Tangki penyimpanan air yang dibangun,
lokasinya harus berada di dekat cerobong asap pabrik bagian bawah. Hal ini
dimaksudkan untuk mengefisienkan energi dari mesin air yang akan mendorong air
hingga ke bagian atas cerobong asap pabrik. Ukurannya disesuaikan dengan
besarnya cerobong asap pabrik.
2.
Memasang instalasi pipa
Memasang pipa mulai dari tangki penyimpanan air hingga terhubung ke bagian atas cerobong asap pabrik,
kemudian memberi
cabang pada pipa untuk saluran air yang akan masuk ke dalam
bagian cerobong, bagian ujung pipa yang dimasukkan kedalam cerobong asap pabrik
diberi tempat keluarnya air seperti shower, alat ini nantinya yang akan
membentuk hujan buatan pada cerobong asap pabrik ketika dialirkan air
dengan deras. Air disini
berfungsi untuk menghujani asap pabrik sebelum keluar dari cerobong asap.
Sehingga air yang memiliki sifat yang halus dapat menangkap logam dengan ukuran
kecil. Ada dua tingkatan air yang dimanfaatkan sebagai hujan buatan pada bagian atas cerobong
asap pabrik, hal ini bertujuan untuk untuk mengefektifkan asap yang keluar dari cerobong asap
pabrik.
3.
Memberi mesin pompa air
Mesin pompa air berfungsi untuk menyedot air dari tangki
penyimpanan air dan memompanya hingga ke bagian atas cerobong
dengan kuat. Mesin pompa air hanya difungsikan ketika pabrik sedang dalam
proses produksi saja.
4.
Memasang lapisan pasir dan karbon
aktif
Bagian bawah
cerobong asap pabrik, diberi dua lapisan, yakni dari
material pasir
di lapisan atas
dan karbon aktif
pada lapisan terakhir. Dimana
pasir berfungsi untuk menyaring partikel-partikel berbahaya yang terbawa oleh
asap dan ditangkap oleh air. Karbon aktif yang terbuat dari arang tempurung kelapa
berfungsi untuk mengabsorpsi bahan-bahan kimia berbahaya. Air yang keluar dari
lapisan pasir dan karbon aktif, dialirkan kembali ke tangki
penyimpanan air. Air
yang sudah melewati proses penyaringan tersebut sudah bersih dan dapat
digunakan kembali untuk dialirkan ke bagian atas
cerobong asap pabrik.
Jadi, tidak perlu menggunakan air yang baru, karena telah terjadi siklus air
yang baik. Material partikel yang telah terkumpul
dan mengendap, nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan semen.
5.
Menambahkan karbon aktif pada
bagian atas cerobong asap pabrik
Bagian atas
cerobong asap pabrik diberi karbon aktif yang berfungsi untuk menyerap
partikel-partikel kecil yang tidak tertangkap oleh hujan
buatan. Karbon aktif pada bagian atas
pabrik dibuat dari tempurung kelapa yang memiliki nilai absorpsi paling tinggi
dan berfungsi sebagai desulfurisasi,
yang dapat menghilangkan gas beracun, bau busuk,
asap, dan menyerap racun (dekindo.com, 2011).
Limbah
asap pabrik yang
dihasilan oleh industri merupakan abu sisa
pembakaran dari batu
bara yang dipakai dalam banyak industri. Asap pabrik sendiri tidak
memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen. Tetapi dengan kehadiran air
dan ukuran partikelnya yang halus, oksida silika yang dikandung oleh asap pabrik akan bereaksi
secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen
dan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat.
Seiring
dengan perkembangan teknologi saat ini, aplikasi penggunaan silika pada
industri semakin meningkat terutama dalam penggunaan silika ukuran partikel
yang kecil. Salah satu contoh silika dengan ukuran mikron banyak diaplikasikan
dalam material bangunan, yaitu sebagai bahan campuran pada semen. Semen yang
dicampur dengan silika akan menghasilkan produk semen yang berkualitas tinggi.
Rongga yang
kosong di antara partikel semen akan diisi oleh mikrosilika sehingga berfungsi
sebagai bahan penguat beton (mechanical
property) dan meningkatkan daya tahan (durability).
Selama ini kebutuhan mikrosilika dalam negeri dipenuhi oleh produk impor,
sehingga hasil sampingan dari inovasi teknologi ini mendapatkan dua keuntungan.
Pertama, dapat mengurangi polusi udara. Kedua, memberikan nilai ekonomi yang
baik melalui silika yang dihasilkan sebagai bahan campuran pembutan semen.
Hasil
tangkapan dari hujan buatan pada cerobong
asap pabrik yang berupa silika tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar semen. Constantz,
peneliti dari California melihat peluang bahwa produsen semen, dapat memenuhi
permintaan pasar sekaligus mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepaskan ke
atmosfer bumi. Selain itu, produsen semen juga
bisa menyerap bahan baku dari pelepas karbondioksida terbesar di dunia, yakni pabrik-pabrik
yang mengeluarkan banyak asap dari cerobong asap pabriknya (vivanews.com,
2011).
Konsep
hujan
buatan
apabila
diterapkan pada cerobong asap pabrik industri, maka dapat mengurangi bahaya
polusi udara yang saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Selain caranya yang
efektif, dari segi biaya juga tidak
membutuhkan banyak dana. Berikut adalah
gambar model teknolgi inovasi hujan buatan pada cerobong asap pabrik.
Gambar 5.Model Inovasi
Hujan Buatan pada Cerobong Asap Pabrik
KESIMPULAN
Pencemaran udara oleh bahan-bahan kimia yang berasal dari
aktivitas industri telah sampai pada tahap yang membahayakan makhluk hidup di bumi, termasuk
manusia. Cerobong asap pabrik yang tidak menggunakan filter akan mengeluarkan
limbah asap yang mengandung banyak partikel dan logam berbahaya ke udara bebas.
Saat ini, masih banyak pabrik yang belum menggunakan filter pada cerobong asap
pabriknya. Sehingga banyak logam berbahaya yang
keluar dan membahayakan kehidupan di sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan
teknologi yang tepat dan efektif untuk
bisa diterapkan pada cerobong asap pabrik. Salah satunya adalah dengan
memanfaatkan air, dengan inovasi hujan
buatan pada
cerobong asap pabrik sebagai upaya penyelamatan bumi dari polusi udara.
Konsep hujan buatan memanfaatkan
air untuk menangkap
banyak partikel dan logam berbahaya yang terbawa oleh asap pabrik sebelum
keluar dari cerobong. Pada bagian atas cerobong asap pabrik diberi karbon aktif
untuk menyerap logam berbahaya. Air
yang jatuh nantinya akan disaring kembali oleh lapisan pasir dan karbon aktif
yang berada pada bagian bawah cerobong asap. Selanjutnya air tersebut dialirkan
ke tangki penampunan air yang akan digunakan kembali untuk hujan buatan.
Sifat
air yang cair dapat menangkap partikel dan logam berbahaya pada asap pabrik
sebelum dikeluarkan. Dengan konsep hujan buatan
pada cerobong asap pabrik, maka asap yang dikeluarkan dari pabrik tidak lagi
mengandung banyak polutan yang berbahaya. Partikel dan logam yang berhasil
ditangkap salah satunya adalah silika, lambat laun akan terkumpul pada
lapisan pasir yang terletak pada bagian bawah cerobong asap pabrik. Selanjutnya
bisa dimanfaatkan sebagai campuran
pembuatan semen berkualitas tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hardianto. 2010. Limbah-limbah Pabrik Industri. Jakarta: PT. Husada.
Djatin, Jusni.
1986. Tinjauan Literatur Analisa Air
Bahan Logam Berat Beracun. Jakarta: Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasonal –
LIPI.
Hartomo, A.J.
1994. Teknologi Membran Pemurnian Air. Yogyakarta:
Andi Offset Yogyakarta.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.
Nayoan, Christina
Rony. 2003. Efektifitas Karbon Aktif
Tempurung Kelapa pada Proses Filtrasi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Rismunandar,
1984. Air Fungsi dan Kegunaannya bagi
Pertanian. Bandung: Penerbit Sinar Baru Bandung.
Lestari, Puji.
2007. Polusi dan Solusi. Online. (http://makhadi.wordpress.com/2007/12/17/polusi-dan-solusi/
diakses 22 Februari 21.00 WIB).
Ariyanto Y. 2003. Kesehatan
Lingkungan. Online. Online. http:// www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=23&tbl=kesling.
(diakses 28 Feb 2011).
Firman, Muhammad.
2011. Peneliti Temukan Semen Terbuat dari Asap. online. http://teknologi.vivanews.com/news/read/198379-peneliti-temukan-semen-terbuat-dari-asap.
Diakses 23 Februari 2011.
Anonim. 2011. Silika.
Online. http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Silika. Diakses 25
Februari 2011.
Anonim. 2011. Air. Online (http://id.wikipedia.org/wiki/Air
diakses 20 Februari 2011, pukul 11.20 WIB.
Anonim. 2011. Arang Tempurung Kelapa. Online. (http://www.scribd.com/doc/40142063/3-3-Arang-Tempurung-Kelapa
diakses 20 Februari 2011 pukul 23.00 WIB).
Anonim. 2011. Asap. Online. (http://id.wikipedia.org/wiki/Asap
diakses 20 Februari 2011 pukul 12.10 WIB).
Anonim. 2011. Filter
Karbon Aktif. Online. http://dekindo.com/2008/12/12/pencemaran-udara/
diakses 23 Februari 2011 pukul 21.50 WIB).
Anonim. 2011. Logam-logam
Berbahaya. Online. (http://vivanews.wordpress.com/2010/02/21/sedia-rencana-sesudah-hujan-asam/
diakses 23 Februari 2011 pukul 20.01
WIB).
Anonim. 2011. Membuat Arang Batok Kelapa. Online. (http://www.gagasmedia.com/iptek/penulis/membuat-arang-batok-kelapa. html diakses 21 Februari 2011 pukul
01.03 WIB).
Anonim. 2011. Usaha Penanggulangan Pencemaran Udara. Online.
(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/rekayasa_lingkungan/bab8_usaha_penanggulangan_pencemaran_udara.pdf
diakses 22 Februari 2011 23.34 WIB).
Anonim. 2011. Pencemaran
Udara. Online. http://buletinlitbang.dephan.go.id/ index.asp?mnorutisi=8&vnomor=7. Diakses 23 Februari 2011 pukul 12.00 WIB.
Anonim. 2008. Penanggulangan
Pencemaran Logam Berat. Online. (http://kompas.com/polusi-udara-atasi-dengan-plasma.html diakses 23 Februari 2011 pukul 14.03 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar