Makanan dan Jajanan Santet ala Banyuwangi
Kepopuleran suatu daerah merupakan
suatu ciri khas tersendiri bagi masyarakat yang pernah berkunjung atau sekedar
tahu akan informasi dari daerah tersebut. Ciri khas tersebut selalu dikaitkan
dengan kejadian bersejarah yang membuat masyarakat selalu mengingat fenonema
itu sebagai ikon. Jika ikon tersebut sudah melekat di masyarakat, tidak akan
sulit menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut.
Menurut Wikipedia (2013) Banyuwangi
merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur bahkan di Pulau Jawa. Luas wilayahnya
sekitar 5.782,5 km2 yang terdiri dari daratan rendah hingga
pegunungan. Jika dilihat bentang alamnya, Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak
potensi yang bisa dikembangkan mulai dari puncak gunung hingga daerah di sekitar
hilir pantai. Tidak salah jika, Kabupaten Banyuwangi pernah menduduki peringkat
ke-11 dari daftar 50 kabupaten/kota terkaya se-Indonesia tahun 2012 yang
dirilis oleh Warta Ekonomi Edisi 12 Tahun 2012 (antaranews.com, 2012).
Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak
potensi desa yang bisa dikembangkan di sektor pariwisata, mengingat juga daerahnya
bersebrangan dengan Pulau Bali maka dapat digunakan sebagai jalur persinggahan
yang strategis. Hal tersebut dilirik oleh Hukmania Airlanggiwati, Kepala Badan Pemeriksa
Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur (Bappeda Pemprov Jatim). Menurut
Hukmania, dari sembilan kabupaten di Jatim, salah satunya Kabupaten Banyuwangi
dinilai memiliki potensi desa wisata yang layak untuk dijual. Potensi itu dapat
dimanfaatkan untuk mendongkrak pendapatan domestik sebagai sarana pemerataan kesejahteraan
sosial di masyarakat (ppid.banyuwangikab.go.id, 2013).
Sejalan dengan hal itu, Kabupaten
Banyuwangi memiliki sebelas potensi wisata alam (ecotourism) yang bisa dikunjungi, antara lain: Kawah Ijen, Pantai
Plekung (G-Land), Pantai Rajeg Wesi,
Pantai Suka Made, Teluk Hijau (Green Bay),
Pulau Merah (Red Island), Taman
Nasional Baluran, Air Terjun Lider, Agrowisata Kalibendo, Pantai Watu Dodol,
dan Tamansuruh (bintangtenggarafm.com, 2013). Kesebelas wisata alam tersebut memiliki
daya pikat yang sangat menarik bagi para wisatawan. Bahkan tidak hanya
wisatawan domestik saja yang datang berkunjung tetapi banyak wisatawan asing yang
memadati lokasi tersebut untuk berselancar di area G-Land. Pantai Plekung atau yang biasa dikenal dengan sebutan G-Land merupakan pantai yang memiliki
ombak tertinggi dan terpanjang kedua setelah Hawai. Potensi wisata alam
tersebut dapat dipadukan dengan menjajakan makanan khas Banyuwangi.
Makanan
khas setiap daerah di Indonesia berbeda-beda, meskipun sebagian memakai bahan
yang sama tetapi cara pengolahannya disesuaikan dengan tradisi lingkungan
sekitar. Hal itu yang membuat cita rasa masakan Indonesia tidak akan pernah sama.
Khusus di daerah Banyuwangi makanan dan jajanan khas yang terkenal adalah Bagiak,
Sego Cawuk, Sale Pisang, Rujak Bakso, Rujak Soto, dan Sego Tempong (rimanovidaayulian.blogspot.com,
2012). Beberapa makanan dan jajanan tersebut jika diperdagangkan di sekitar
area wisata, pasti akan menarik perhatian pengunjung. Agar lebih menarik
perhatian para wisatawan yang berkunjung, makanan dan jajanan khas yang diperdagangkan
harus dikemas unik dan menarik. Meskipun dikemas unik dan menarik namun cita
rasa makanan dan jajanan khas daerah harus tetap ditonjolkan.
Makanan atau jajanan khas Banyuwangi
yang sering dikenal oleh masyarakat adalah Bagiak. Menurut Rima (2012) Bagiak
adalah oleh-oleh khas Banyuwangi yang berbentuk kue kering berbahan dasar
tepung sagu. Rata-rata kue Bagiak yang diperdagangkan berwarna kuning keemasan.
Selain itu, bentuk dari kue Bagiak selalu memanjang, hal tersebut terkesan
sangat monoton dan cenderung bosan. Agar lebih bervariasi dan menarik para
konsumen, penampilan kue Bagiak bisa dikombinasikan dengan berbagai warna dan
bentuk. Warna dan bentuk yang dipilih harus disesuaikan dengan hal yang sudah
populer di masyarakat tentang Banyuwangi.
Banyuwangi adalah suatu daerah yang
pernah dikenal dengan sebutan kota santet. Sebutan Banyuwangi sebagai kota santet
memang tidak terbantahkan (kanal3.wordpress.com, 2012). Kejadian itu diperkuat
dengan peristiwa terbunuhnya 100 orang karena dituduh memiliki ilmu santet.
Menurut Hasnan Singodimayan salah seorang budayawan Banyuwangi membenarkan
peristiwa yang terjadi pada tahun 1998 dan dikenal dengan sebutan tragedi
santet. Akibat dari kejadian tersebut, nama Banyuwangi sempat buruk di media
nasional bahkan internasional. Sebenarnya ilmu santet dalam pengertian
masyarakat Banyuwangi tidak selalu bertujuan untuk menghabisi nyawa seseorang
yang dianggap musuhnya. Hanya saja santet digunakan sebagai ilmu sihir biasa yang
juga terdapat di daerah-daerah lainnya. Warna santet pun beragam, antara lain
santet hitam (black magic), santet
merah (red magic), santet kuning (yellow magic), dan santet putih (white magic).
Kepopuleran santet dimasa lalu
tersebut memicu berbagai anggapan negatif dari masyarakat. Kecemasan itu
semakin bertambah jika ada saudara atau kerabat yang bertugas di daerah
Banyuwangi. Oleh karena itu, jika hal tersebut dibiarkan pasti akan merusak
citra Banyuwangi yang pernah meraih penghargaan dari Bappeda Pemprov Jatim
sebagai daerah yang memiliki banyak potensi wisata. Sependapat dengan hal
tersebut, Abdullah Azwar Anas selaku Bupati Banyuwangi mendukung gagasan baik
dari Bappeda Pemprov Jatim dengan memberikan bantuan bagi para warga yang mendukung
gerakan pemerintah kabupaten untuk peningkatan di sektor pariwisata (ppid.banyuwangikab.go.id, 2013).
Berbekal potensi wisata alam yang
menarik, tidak akan sulit untuk meminimalisir isu santet yang sudah berkembang
di masyarakat. Hal itu akan terwujud, jika ada kerjasama yang sinergis antara
pemerintah dengan warga Banyuwangi. Menurut laporan World Trade Organization (WTO), secara akumulatif sektor pariwisata
mampu mempekerjakan sekitar 230 juta lapangan pekerjaan dan memberikan
kontribusi ratusan milyar dollar terhadap perekonomian di berbagai negara (keuda.kemendagri.go.id,
2011). Sejalan dengan hal itu, peningkatan perekonomian di daerah Kabupaten
Banyuwangi dapat didongkrak dengan membuka lapangan kerja. Lapangan kerja yang
cocok untuk dipadukan dengan potensi wisata yang ada di daerah Banyuwangi
adalah dengan menjajakan makanan dan jajanan khas di tempat wisata. Agar lebih
menarik konsumen, makanan dan jajanan khas yang dijajakan haruslah memiliki
latar belakang sejarah Banyuwangi. Hal tersebut dimaksudkan untuk pengenalan
dan pemahaman tentang asal-usul Banyuwangi. Selain itu juga dapat digunakan
sebagai sarana untuk memperbaiki anggapan yang salah di masyarakat tentang
Banyuwangi.
Misalnya, kue Bagiak yang biasa
dikenal masyarakat sebagai jajanan khas Banyuwangi bisa dirubah bentuk dan
warnanya menyerupai santet. Hal tersebut pasti akan menimbulkan tanya pada
setiap konsumen yang melihatnya. Jika ada konsumen yang bertanya mengenai
bentuk dan warna yang berbeda dari biasanya, itu merupakan langkah awal
penyampaian informasi sekaligus sebagai pembenaran mengenai isu santet yang
hampir membuat resah masyarakat di luar Banyuwangi. Perubahan tersebut tidak
hanya difokuskan pada Bagiak saja, tetapi juga dapat diterapkan pada makanan
dan jajanan khas Banyuwangi yang lain.
Pembuatan makanan dan jajanan khas
dengan inovasi baru tersebut, secara tidak langsung pasti akan menyedot para warga
sekitar area wisata untuk berlomba-lomba mengkreasikan hasil buatannya sendiri.
Selain dapat menambah pendapatan, hal tersebut dapat menarik ribuan warga untuk
berwirausaha secara mandiri. Jika di setiap daerah wisata diberlakukan hal yang
demikian, tidak hanya pertumbuhan ekonomi yang akan semakin meningkat tapi
makanan dan jajanan khas Banyuwangi akan dikenal luas oleh masyarakat. Dengan
begitu, kepopoleran tragedi santet lambat laun akan semakin memudar dan
Banyuwangi akan dikenal dengan daerah yang memiliki banyak potensi di
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar