Sun Shine Comunitee: Alternatif Peredam Kasus Kontraproduktif di Kalangan Mahasiswa untuk Membentuk Generasi Penerus Bangsa yang Produktif
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Kerusuhan
merupakan salah satu fenomena yang menandai state
formation Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Apalagi pada saat
Orde Baru, kerusuhan dan kekerasan telah menjadi alat artikulasi untuk
kepentingan alternatif . Seperti yang terjadi di Kupang (Nusa Tenggara Timur),
Mataram (Nusa Tenggara Barat), dan Sambas (Kalimantan Barat) semakin
memperpanjang tingkat kerusuhan di Indonesia (Riza, 2001).
Model
kekerasan pertama di masyarakat ditunjukkan mulai peristiwa kampanye politik
menjelang Pemilihan Umum 1997 dan perusahaan toko – toko khususnya milik warga
Tionghoa sampai konflik yang berbau kesukuan dan keagamaan di sejumlah kawasan
di Indonesia. Konflik kekerasan kedua, yaitu antara masyarakat dan negara
dengan ditandainya kemarahan massa kepada aparat dan lembaga negara yang
dianggap tidak adil dalam menegakkan peraturan. Dimulai dari kasus kemarahan
massa yang berujung pada peristiwa Trisaksi (12 Mei 1998), Semanggi I (November
1998) dan Semanggi II (1991). Kemudian pembakaran di Jakarta, Solo, dan
Denpasar pada masa itu juga sampai perusakan markas polisi dan kantor DPRD yang
sampai naskah ini ditrebitkan masih ditemui di berbagai tempat di Indonesia.
Ditambah lagi dengan kerusuhan yang terjadi di Irian Jaya (Papua), Maluku,
Poso, dan Aceh. Semua peristiwa diatas merupakan bentuk contoh konkrit yang
menandai rapuhnya integrasi nasional. (Riza, 2001).
Dari berbagai
kejadian itulah yang membuat mental masyarakat Indonesia menjadi pemberontak.
Karena hampir setiap hari berita kerusuhan dan kekerasan diberitakan di media
massa dan cetak. Tidak hanya dari kalangan dewasa saja yang melihat kejadian
tersebut, anak – anak yang masih dibawah umur pun juga melihatnya secara
langsung. Dan secara tidak langsung, hal tersebut bisa mempengaruhi pola pikir
anak untuk bersikap memberontak.
Hal tersebut bisa dilihat di zaman sekarang,
banyak di kalangan mahasiswa yang melakukan pembenrontakan yang membabi buta. Berdasarkan
dari data kepolisian, salah satu peritiwa tawuran di tahun 2012 terjadi antar
pelajar saat awal bulan Ramadhan terjadi di sekolah Bandung saat akan
mengadakan pertemuan dengan sekolah lain untuk melakukan studi banding. Menurut
Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Bandung, Jawa Barat, Ajun Komusaris
Besar Dadang Hartanto mengaku khawatir jika kasus antar pelajar di Bandung
tidak segera diatasi akan jatuh korban (http://beritakaget.com,
2012).
Tak hanya
berhenti sampai disini, yang awalnya kerusuhan hanya terjadi di beberapa daerah
saja. Tapi di era sekarang hampir seluruh daerah di Indonesia pernah terjadi
kerusuhan. Berdasarkan data kasus di
Jakarta, pada tahun 2010 setidaknya terjadi 128 kasus tawuran antar pelajar.
Angka itu melonjak tajam lebih dari 100% pada tahun 2011, yakni 330 kasus
tawuran yang menewaskan 82 pelajar. Pada bulan Januari – Juni 2012, telah
terjadi 139 tawuran yang menewaskan 12 pelajar. Dan pada bulan September 2012,
tercatat ada sebanyak 301 kasus kerusuhan yang terjadi di kalangan pelajar (http://@infojakarta.com,
2012).
Jika dilihat
dari banyaknya data diatas, tidak seharusnya sebagai generasi penerus bangsa
melakukan hal yang demikian. Nasib bangsa Indonesia mendatang adalah tergantung
dari baik buruknya generasi sekarang. Mahasiswa merupakan generasi kelas menengah yang selalu
hadir dalam garda terdepan dalam setiap perubahan penting dan mendasar di
negeri ini. Jika dilihat dari sejarahnya, lahirnya Boedi Utomo pada tahun 1908
telah melahirkan semangat perjuangan melawan kolonialisme dengan cara yang
cerdas. Lahirnya Sumpah Pemuda 1929 juga tak lepas dari peran penting mahasiswa
yang samapi berlanjut pada Proklamasi Kemerdekaan 1945. Aksi Tritura (Tri
Tuntunan Rakyat) pada tahun 1965 yang meruntuhkan Orde Lama. Dan pada tahun
1997 dengan gerakan reformasinya, mahasiswa telah mendobrak ketidakadilan
sistem politik dan ekonomi. Dari keseluruhan tersebut membuktikan bahwa gerakan
penting yang sesungguhnya dimotori oleh peran penting mahasiswa (Mohammad,
2011).
Mahasiswa
merupakan generasi yang mendapatkan pendidikan tinggi dibandingkan dengan
kelompok generasi muda lainnya. Karena mendapatkan tempaan pendidikan inilah
yang membuat mahasiswa menjadi pelopor bangsa yang harus memliki hight competency. Maka dari itu tidak
salah jika sebagai penerus bangsa harus memiliki pemikiran luas, ideliasme,
kritis terhadap persoalan, dan kreativitas solusi dari persoalan yang
dipecahkan. Melalui paradigma pola pikir yang berbeda inilah, tak jarang solusi
yang mereka hasilkan berakar dari hal-hal yang tak terduga dari generasi yang
lebih tua (Nurmain, 2011).
Jika dilihat
secara psikologis, rentan usia mahasiswa berkisar antara 19 – 25 tahun dan tingkat emosinya tergolong masih sangat
tinggi. Rasa emosi yang berlebihan bisa diminimalisir dengan menyalurkan pada
beberapa kegiatan. Menurut Wade (2007:139) emosi bisa mempersatukan orang –
orang, mengatur sebuah hubungan, memotivasi orang – orang untuk mencapai tujuan
mereka, dan membantu mereka membuat rencana dan mengambil keputusan. Emosi yang
dikelola secara baik akan menimbulkan manfaat yang luar biasa . Oleh karena itu
dengan pengelolaan kegiatan yang baik dan menyenangkan inilah diharapkan
mahasiswa bisa mengontrol emosinya untuk tidak melakukan kegiatan yang
menyimpang. Agar menarik dan menantang, kegiatan yang akan diberikan tidak
hanya terpaku pada satu bidang saja melainkan sebanyak bidang yang terdapat di
jurusan – jurusan di setiap universitas.
Melalui karya
tulis yang kami ajukan ini, kami ingin memperkenalkan sebuah solusi sun shine comunitee: alternatif peredam
kasus kontraproduktif di kalangan mahasiswa untuk membentuk generasi penerus
bangsa yang produktif. Konsep yang akan diterapkan adalah dengan membentuk
komunitas dari sun shine comunitee
yang di dalamnya ada beberapa kegiatan di setiap jurusan di universitas yang
dimasukkan dalam komunitas tersebut. Setiap kegiatan yang diambil dari setiap
jurusan bertujuan agar mahasiswa tidak jenuh dan bisa memiliki banyak soft skill yang bisa diterapkan di
kehidupan bermasyarakat. Hasil akhir dari komunitas ini adalah implementasi di
masyarakat yang berkelanjutan dan juga sebagai satu bentuk usaha mandiri dari
mahasiswa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana sun shine comunitee menjadi alternatif peredam kasus kontraproduktif
di kalangan mahasiswa untuk membentuk generasi penerus bangsa yang produktif ?
Tujuan Penulisan
Memaparkan karya tulis mengenai sun shine comunitee sebagai
alternatif peredam kasus kontraproduktif di kalangan mahasiswa, sehingga dapat
memberikan solusi yang tepat untuk membangun kembali citra pelajar. Selain itu
juga untuk mengetahui cara membentuk generasi penerus bangsa yang produktif.
Manfaat
Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat memberi
manfaat kepada mahasiswa, lembaga pendidikan, masyarakat, dan pemerintah
mengenai sun shine comunitee sebagai
alternatif peredam kasus kontraproduktif di kalangan mahasiswa. Selain itu
juga, dapat mempelajari dan menerapkan kegiatan produktif yang harus dilakukan
oleh para penerus bangsa.
Batasan
Untuk
mendapatkan tulisan yang terarah, maka karya tulis ini perlu dibatasi. Adapun
batasan masalahnya adalah di fokuskan pada jenjang perguruan tinggi.
KAJIAN
PUSTAKA
Peran
Mahasiswa
Mahasiswa adalah suatu
bagian yang tidak terpisahkan dari negara ini karena peran pentingnya yang
begitu besar terhadap majunya sebuah peradaban yang sedang dibangun oleh bangsa
Indonesia. Menurut Mohammad (2011) berdasarkan kelebihan dan kesempatan yang
dimilki, peran dan fungsi mahasiswa untuk membangun peradaban bangsa yaitu :
1.
Mahasiswa sebagai Iron Strock
Mahasiswa adalah bagian dari
sebuah harapan kecil masyarakat yang diharapkan dapat merubah kondisi bangsa
yang saat ini semakin ruyam akibat dari permasalahan yang terjadi baik itu
masalah politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sandang, dan pangan. Mahasiswa
yang diharapkan lahir menjadi pemimpin tangguh, berahlak mulia, berintelektual,
serta kritis terhadap kondisi bangsanya.
2.
Mahasiswa sebagai Guardian of Value
Mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai moral di dalam masyarakat. Nilai –
nilai yang harus dijaga adalah yang bersifat mutlak serta tidak ada lagi
keraguan di dalamnya. Sebagai Agen Guardian
of Value, sudah seharusnya menjadi contoh yang baik di lingkungan
masyarakat serta juga menjadi bagian untuk mencegah hal – hal yang merusak
nilai moral yang saat ini sedang merongrong kehidupan para pemuda.
3.
Mahasiswa
sebagai Agent of Change
Mahasiswa berperan sebagai agen perubahan yang diharapkan oleh
masyarakat bisa menjadi bagian dari perubahan dan aktor yang membawa bangsa ini
menjadi lebih baik, bermartabat, makmur, sejahtera, dan tentram. Mahasiswa
seharusnya menjadi garda tedepan dalam mengawal serta melakukan perubahan yang
sejak lama diimpikan oleh msyarkat banyak dikarenakan mahasiswa adalah kaum
serta golongan yang ekslusif.
Dilihat dari keberadaannya yang
sangat penting untuk perubahan bangsa, tidak salah jika mahasiswa memiliki
tumpuan beban yang besar pada kehidupan bangsa dan negera. Oleh karena itu,
sudah saatnya untuk membentuk generasi penerus bangsa yang produktif agar nasib
bangsa Indonesia ke depan bisa menjadi negara yang kokoh.
Komunitas
yang Produktif (Sun Shine Comunitee)
Membentuk generasi penerus bangsa
haruslah di konsep secara matang, karena kalau dalam pembentukan sampai salah
sasaran maka akan berdampak pada hasil yang ingin dicapai diawal. Keberagaman
mahasasiwa di suatu universitas sudah merupakan hal yang biasa terjadi. Menurut
Robert (2008:71) dalam teorinya Piaget menjelaskan bahwa golongan yang
tergolong muda lebih bersikap kaku dalam pandangan mereka tentang benar dan
salah daripada yang cenderung disikapi golongan yang lebih tua. Agar tidak
terjadi perselisihan yang biasa terjadi digolongan kaum muda di dalam komunitas
tersebut maka akan diberikan bermacam – macam kegiatan yang menjadi unggulan di
setiap jurusan. Selain itu juga untuk meminimalisir dampak jenuh dari kegiatan, maka semua kegiatan di
implementasikan secara nyata dengan dukungan dan bimbingan langsung dari
beberapa dosen dari setiap jurusan di univeritas tersebut.
Misalnya dalam suatu universitas
memiliki sepuluh fakultas, diantaranya FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik), FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan), FK (Fakultas
Kedokteran), FT (Fakults Teknik), FIKES (Fakultas Kesehatan), FPP (Fakultas
Pertanian dan Peternakan), Psikologi, FH (Fakultas Hukum), FAI (Fakultas Agama
Islam), dan FEB (Fakultas Ekonomi dan Bisnis). Dari setiap fakultas pasti
memiliki program kegiatan unggulan. Program kegiatan unggulan dari setiap
jurusan itulah nantinya yang akan diberikan pada mahasiswa yang tergabung dalam
Sun Shine Comunitee. Mengingat bahwa
mahassiwa sebagai tombak penerus bangsa maka harus memiliki kemampuan yang
heterogen. Oleh karena itu dengan melibatkan seluruh program kegiatan unggulan
dalam setiap fakultas, diharapkan bisa memberikan pengalaman bagi mahasiswa ke
depan. Karena belum tentu mahasiswa yang menempuh studi di FEB ahli dalam
bidangnya, malah lebih berbakat di bidang teknik. Hal itu tidak menutup
kemungkinan untuk yang berstudi sesuai dibidang studinya semakin berbakar dalam bidang yang digeluti. Karena kegitan
dalam sun shine comunitee ini tidak
hanya terpaku paku konteks teori namun lebih di aplikasikan di masyarkat. Dan
itu juga bisa dijadikan sebagai prasarana dalam menemukan potensi diri dalam
setiap mahasiswa sekaligus mengembangkannya.
PEMBAHASAN
Program
Kegiatan Unggulan
Perbedaan program
kegiatan unggulan di setiap fakultas inilah yang akan menjadikan mahasiwa bisa
lebih aplikatif dalam menghadapi berbagai persoalan di kehidupan msyarakat.
Karena hasil akhir dari belajar di universitas tidak hanya terpaku pada
kesuksesan mahasiswa berprestasi di bangku perkuliahan. Tetapi peran di masyarakatlah
yang menjadi penentu suksesnya mahasiswa tersebut.
Program kegiatan unggulan yang akan di berikan dalam sun shine comunitee adalah
1. FISIP : kegiatan lebih diarahkan pada
publikasi media di masyarakat.
2. FKIP : kegiatan lebih diarahkan tentang
pengajaran yang baik di lembaga pendidikan.
3. FK : kegiatan lebih diarahkan tentang
kesehatan.
4. FT : kegiatan yang diarahkan pada
aplikasi teknik di kehidupan sehari – hari.
5. FIKES : kegiatan lebih diarahkan kepada
pelayanan kesehatan di masyarakat.
6. FPP : kegiatan bisa diarahkan pada proses
bercocok tanam yang bisa menghasilkan produk unggulan.
7. Psikologi : kegiatan bisa di fokuskan bagaimana
menghadapai psikologi seseorang.
8. FH : kegitan diarahkan bagaimana tata
hukum yang baik di Indonesia.
9. FAI : kegiatan yang diarahkan pada nilai -
nilai agama di kehidupan bermasyarakat.
10. FEB : kegiatan yang diarahkan pada manajemen
usaha secara mandiri.
Dari kesepuluh program kegiatan
tersebut bisa dilakukan dengan diadakan dengan
seminar, bakti sosial, penyuluhan, talk
show, dan lain sebagainya. Dan agar hasil dari kegiatan tersebut lebih
maksimal, semua kegitan yang tergabung dalam komunitas tersebut haruslah
diaplikasikan dalam kegiatan yang nyata dan dimasukkan dalam mata kuliah wajib.
Karena dengan memasukkannya dalam mata kuliah wajib, mahasiswa tidak akan asal
– asalan dalam hal pelaksanaannya. Selain itu juga, jika sebuah pembelajaran
hanya di aplikasikan di dalam ruang perkuliahan saja masih kurang terlihat
manfaatnya. Dengan diaplikasikan dengan bentuk kegiatan di lapangan, secara
tidak langsung mahasiswa juga akan belajar bergaul dan memahami dunia di
masyarakat. Karena seperti yang kita sudah ketahui teori dan praktek haruslah
berjalan dengan seimbang.
Penerapan
Sun Shine Comunitee
Penerapan sun shine comunitee agar lebih berdampak pada hasil yang optimal
maka kegiatan tersebut dimasukkan pada mata kuliah wajib. Karena diberlakukan
peraturan yang demikian maka mahasiswa akan bersungguh – sungguh dalam
pelaksanaannya. Jika mata kuliah tidak lulus maka harus ada konsekuensi
tertentu. Agar lebih apresiatif, setiap program kegiatan lebih di dominasi pada
praktek di lapangan. Hal tersebut sesuai dengan prinsip hakikat proses
pembelajaran (Robert, 2009:15) yang menyebutkan bahwa pembelajaran pokok
bahasan yang rumit akan sangat efektif apabila hal itu merupakan proses
intensional untuk membentuk makna dari informasi dan pengalaman. Karena melihat
kondisi psikologis mahasiswa yang masih tergolong sangat muda maka akan lebih
senang jika di ajak untuk terjun langsung ke lapangan.
Program kegiatan sun shine comunitee, sebaiknya
diperkenalkan dan diterapkan di awal tahun pada mahasiswa baru. Karena pada
masa – masa itu proses perubahan jati diri dari Sekolah Menengas Atas (SMA)
menjadi anak kuliahan. Pada fase inilah perlu adanya kontrol agar anak yang
baru duduk di bangku perkuliahan bisa terkontrol emosinya dengan cara
menyalurkannya pada kegiatan yang produktif. Jika sejak awal sudah diarahkan
pada kegiatan bersifat produktif yang menyenangkan, pasti tidak akan terfikirkan
untuk melakukan tindakan yang anarkis (kontraproduktif).
Oleh karena itu dengan penerapan
adanya sun shine comunitee di lembaga
pendidikan tinggi, dapat mengurangi kasus kontraproduktif di kalangan
mahasiswa. Selain itu, juga bisa sebagai bentuk kegiatan yang dapat membentuk
generasi penerus bangsa yang produktif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kasus kontraproduktif
yang terjadi di kalangan mahasiswa merupakan salah satu akibat dari
permasalahan di zaman dahulu yang selalu dalam hal anarkis. Dan sekarang hampir
setiap hari peristiwa tawuran terjadi di kalangan mahasiswa. Padahal mahasiwa
merupakan agent of change, tidak
sepatutnya jika sebagai penerus generasi bangsa melakukan tindakan yang
merugikan bangsa dan negaranya. Jika dilihat dari fase umur, memang mahasiswa
masih tergolong relatif muda. Kecederungannya adalah memiliki ambisi, idelias,
dan emosi yang tinggi. Oleh karena itu perlu adanya solusi tepat yang dapat
meredamkan kasus yang sudah mewabah di kalangan mahasiswa. Salah satunya dengan
sun shine comunitee: alternatif
peredam kasus kontraproduktif di kalangan mahasiswa untuk membentuk generasi
penerus bangsa yang produktif.
Konsep dari sun shine comunitee merupakan suatu bentuk komunitas yang berisikan
kegiatan – kegiatan produktif. Kegiatan yang ada di komunitas ini mengambil
dari program unggulan dari setiap fakultas yang ada di universitas tersebut.
Dan kegiatan di komunitas ini di jadikan sebagai mata kuliah wajib. Agar
mahasiswa bersungguh – sungguh dalam hal pelaksanaaan kegiatan tersebut.
Program kegiatan unggulan di setiap
fakultas yang diberikan di komunitas ini diambil bertujuan agar mahasiswa bisa
memiliki banyak keahlian di berbagai bidang. Karena sebagai penerus generasi
bangsa, mahasiswa tidak hanya dituntut pandai dalam teori tetapi juga dalam hal
praktek. Oleh karena itu dengan adanya sun
shine comunitee ini, bisa dijadikan sebagai prasarana dalam meningkatkan
dan mengetahui potensi diri. Yang juga bisa di jadikan sebagai sarana untuk
mengembangkan soft skill dalam
bermasyarakat.
Saran
Diharapkan pemerintah
baik daerah maupun pusat khususnya di bidang pendidikan sudah saatnya
menerapkan konsep dari sun shine
comunitee agar kasus kontarpoduktif yang terjadi di kalangan mahasiswa bisa
cepat teratasi. Bersamaan dengan upaya ini, masyarakat juga ikut mendukung
dengan cara memberikan arahan kepada para generasi penerus bangsa untuk terus
melakukan kegiatan produktif demi majunya bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
E,
Robert Slavin. 2009. Psikologi Pendidikan
Teori dan Praktek Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta : PT. Macanan Jaya Cemerlang.
_________________________________________________________________. Jilid 2. Jakarta: PT. Macanan Jaya
Cemerlang.
S,
Robert Feldman. 2012. Pengantar
Psikologi. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Wade,
Carole. 2007. Psikologi Edisi Kesembilan
Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
___________________________________________. Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Adib,
Muhammad. 2011. “Peran Penting Mahasiswa Indonesia”. http://adibjatidiri.blogspot.com. Diakses tanggal 2 Desember 2012.
Bayu,
Deddi. 2012. “Kasus Tawuran Pelajar di Jabotabek”. http://skalanews.com. Diakses tanggal 2
Desember 2012.
Nurman,
Muhammad Said. 2011. “Peran Mahasiswa dalam Pembangunan daerah”. http://nurmansaid.blogspot.com. Diakses tanggal 2 Desember 2012.
Anonim,
2012. “Data Kasus Tawuran Pelajar 2011 – 2012”. http://@infojakarta.com. Diakses tanggal 2
Desember 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar