Sabtu, 06 Juni 2015

Karya Tulis 2


Sun Shine Comunitee: Alternatif Peredam Kasus Kontraproduktif di Kalangan Mahasiswa untuk Membentuk Generasi Penerus Bangsa yang Produktif

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Kerusuhan merupakan salah satu fenomena yang menandai state formation Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Apalagi pada saat Orde Baru, kerusuhan dan kekerasan telah menjadi alat artikulasi untuk kepentingan alternatif . Seperti yang terjadi di Kupang (Nusa Tenggara Timur), Mataram (Nusa Tenggara Barat), dan Sambas (Kalimantan Barat) semakin memperpanjang tingkat kerusuhan di Indonesia (Riza, 2001).

            Model kekerasan pertama di masyarakat ditunjukkan mulai peristiwa kampanye politik menjelang Pemilihan Umum 1997 dan perusahaan toko – toko khususnya milik warga Tionghoa sampai konflik yang berbau kesukuan dan keagamaan di sejumlah kawasan di Indonesia. Konflik kekerasan kedua, yaitu antara masyarakat dan negara dengan ditandainya kemarahan massa kepada aparat dan lembaga negara yang dianggap tidak adil dalam menegakkan peraturan. Dimulai dari kasus kemarahan massa yang berujung pada peristiwa Trisaksi (12 Mei 1998), Semanggi I (November 1998) dan Semanggi II (1991). Kemudian pembakaran di Jakarta, Solo, dan Denpasar pada masa itu juga sampai perusakan markas polisi dan kantor DPRD yang sampai naskah ini ditrebitkan masih ditemui di berbagai tempat di Indonesia. Ditambah lagi dengan kerusuhan yang terjadi di Irian Jaya (Papua), Maluku, Poso, dan Aceh. Semua peristiwa diatas merupakan bentuk contoh konkrit yang menandai rapuhnya integrasi nasional. (Riza, 2001).
       Dari berbagai kejadian itulah yang membuat mental masyarakat Indonesia menjadi pemberontak. Karena hampir setiap hari berita kerusuhan dan kekerasan diberitakan di media massa dan cetak. Tidak hanya dari kalangan dewasa saja yang melihat kejadian tersebut, anak – anak yang masih dibawah umur pun juga melihatnya secara langsung. Dan secara tidak langsung, hal tersebut bisa mempengaruhi pola pikir anak untuk bersikap memberontak.
            Hal tersebut bisa dilihat di zaman sekarang, banyak di kalangan mahasiswa yang melakukan pembenrontakan yang membabi buta. Berdasarkan dari data kepolisian, salah satu peritiwa tawuran di tahun 2012 terjadi antar pelajar saat awal bulan Ramadhan terjadi di sekolah Bandung saat akan mengadakan pertemuan dengan sekolah lain untuk melakukan studi banding. Menurut Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Bandung, Jawa Barat, Ajun Komusaris Besar Dadang Hartanto mengaku khawatir jika kasus antar pelajar di Bandung tidak segera diatasi akan jatuh korban (http://beritakaget.com, 2012).
            Tak hanya berhenti sampai disini, yang awalnya kerusuhan hanya terjadi di beberapa daerah saja. Tapi di era sekarang hampir seluruh daerah di Indonesia pernah terjadi kerusuhan.  Berdasarkan data kasus di Jakarta, pada tahun 2010 setidaknya terjadi 128 kasus tawuran antar pelajar. Angka itu melonjak tajam lebih dari 100% pada tahun 2011, yakni 330 kasus tawuran yang menewaskan 82 pelajar. Pada bulan Januari – Juni 2012, telah terjadi 139 tawuran yang menewaskan 12 pelajar. Dan pada bulan September 2012, tercatat ada sebanyak 301 kasus kerusuhan yang terjadi di kalangan pelajar (http://@infojakarta.com, 2012).
            Jika dilihat dari banyaknya data diatas, tidak seharusnya sebagai generasi penerus bangsa melakukan hal yang demikian. Nasib bangsa Indonesia mendatang adalah tergantung dari baik buruknya generasi sekarang. Mahasiswa  merupakan generasi kelas menengah yang selalu hadir dalam garda terdepan dalam setiap perubahan penting dan mendasar di negeri ini. Jika dilihat dari sejarahnya, lahirnya Boedi Utomo pada tahun 1908 telah melahirkan semangat perjuangan melawan kolonialisme dengan cara yang cerdas. Lahirnya Sumpah Pemuda 1929 juga tak lepas dari peran penting mahasiswa yang samapi berlanjut pada Proklamasi Kemerdekaan 1945. Aksi Tritura (Tri Tuntunan Rakyat) pada tahun 1965 yang meruntuhkan Orde Lama. Dan pada tahun 1997 dengan gerakan reformasinya, mahasiswa telah mendobrak ketidakadilan sistem politik dan ekonomi. Dari keseluruhan tersebut membuktikan bahwa gerakan penting yang sesungguhnya dimotori oleh peran penting mahasiswa (Mohammad, 2011).
            Mahasiswa merupakan generasi yang mendapatkan pendidikan tinggi dibandingkan dengan kelompok generasi muda lainnya. Karena mendapatkan tempaan pendidikan inilah yang membuat mahasiswa menjadi pelopor bangsa yang harus memliki hight competency. Maka dari itu tidak salah jika sebagai penerus bangsa harus memiliki pemikiran luas, ideliasme, kritis terhadap persoalan, dan kreativitas solusi dari persoalan yang dipecahkan. Melalui paradigma pola pikir yang berbeda inilah, tak jarang solusi yang mereka hasilkan berakar dari hal-hal yang tak terduga dari generasi yang lebih tua (Nurmain, 2011).
            Jika dilihat secara psikologis, rentan usia mahasiswa berkisar antara 19 – 25 tahun dan  tingkat emosinya tergolong masih sangat tinggi. Rasa emosi yang berlebihan bisa diminimalisir dengan menyalurkan pada beberapa kegiatan. Menurut Wade (2007:139) emosi bisa mempersatukan orang – orang, mengatur sebuah hubungan, memotivasi orang – orang untuk mencapai tujuan mereka, dan membantu mereka membuat rencana dan mengambil keputusan. Emosi yang dikelola secara baik akan menimbulkan manfaat yang luar biasa . Oleh karena itu dengan pengelolaan kegiatan yang baik dan menyenangkan inilah diharapkan mahasiswa bisa mengontrol emosinya untuk tidak melakukan kegiatan yang menyimpang. Agar menarik dan menantang, kegiatan yang akan diberikan tidak hanya terpaku pada satu bidang saja melainkan sebanyak bidang yang terdapat di jurusan – jurusan di setiap universitas.
            Melalui karya tulis yang kami ajukan ini, kami ingin memperkenalkan sebuah solusi sun shine comunitee: alternatif peredam kasus kontraproduktif di kalangan mahasiswa untuk membentuk generasi penerus bangsa yang produktif. Konsep yang akan diterapkan adalah dengan membentuk komunitas dari sun shine comunitee yang di dalamnya ada beberapa kegiatan di setiap jurusan di universitas yang dimasukkan dalam komunitas tersebut. Setiap kegiatan yang diambil dari setiap jurusan bertujuan agar mahasiswa tidak jenuh dan bisa memiliki banyak soft skill yang bisa diterapkan di kehidupan bermasyarakat. Hasil akhir dari komunitas ini adalah implementasi di masyarakat yang berkelanjutan dan juga sebagai satu bentuk usaha mandiri dari mahasiswa.
Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana sun shine comunitee menjadi alternatif peredam kasus kontraproduktif di kalangan mahasiswa untuk membentuk generasi penerus bangsa yang produktif ?
Tujuan Penulisan
            Memaparkan karya tulis mengenai sun shine comunitee sebagai alternatif peredam kasus kontraproduktif di kalangan mahasiswa, sehingga dapat memberikan solusi yang tepat untuk membangun kembali citra pelajar. Selain itu juga untuk mengetahui cara membentuk generasi penerus bangsa yang produktif.
Manfaat
            Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada mahasiswa, lembaga pendidikan, masyarakat, dan pemerintah mengenai sun shine comunitee sebagai alternatif peredam kasus kontraproduktif di kalangan mahasiswa. Selain itu juga, dapat mempelajari dan menerapkan kegiatan produktif yang harus dilakukan oleh para penerus bangsa.
Batasan
            Untuk mendapatkan tulisan yang terarah, maka karya tulis ini perlu dibatasi. Adapun batasan masalahnya adalah di fokuskan pada jenjang perguruan tinggi.

KAJIAN PUSTAKA
Peran Mahasiswa
            Mahasiswa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari negara ini karena peran pentingnya yang begitu besar terhadap majunya sebuah peradaban yang sedang dibangun oleh bangsa Indonesia. Menurut Mohammad (2011) berdasarkan kelebihan dan kesempatan yang dimilki, peran dan fungsi mahasiswa untuk membangun peradaban bangsa yaitu :
1.      Mahasiswa sebagai Iron Strock
Mahasiswa adalah bagian dari sebuah harapan kecil masyarakat yang diharapkan dapat merubah kondisi bangsa yang saat ini semakin ruyam akibat dari permasalahan yang terjadi baik itu masalah politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sandang, dan pangan. Mahasiswa yang diharapkan lahir menjadi pemimpin tangguh, berahlak mulia, berintelektual, serta kritis terhadap kondisi bangsanya.
2.     Mahasiswa sebagai Guardian of Value
Mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai moral di dalam masyarakat. Nilai – nilai yang harus dijaga adalah yang bersifat mutlak serta tidak ada lagi keraguan di dalamnya. Sebagai Agen Guardian of Value, sudah seharusnya menjadi contoh yang baik di lingkungan masyarakat serta juga menjadi bagian untuk mencegah hal – hal yang merusak nilai moral yang saat ini sedang merongrong kehidupan para pemuda.
3.      Mahasiswa sebagai Agent of Change
Mahasiswa berperan sebagai agen perubahan yang diharapkan oleh masyarakat bisa menjadi bagian dari perubahan dan aktor yang membawa bangsa ini menjadi lebih baik, bermartabat, makmur, sejahtera, dan tentram. Mahasiswa seharusnya menjadi garda tedepan dalam mengawal serta melakukan perubahan yang sejak lama diimpikan oleh msyarkat banyak dikarenakan mahasiswa adalah kaum serta golongan yang ekslusif.  
            Dilihat dari keberadaannya yang sangat penting untuk perubahan bangsa, tidak salah jika mahasiswa memiliki tumpuan beban yang besar pada kehidupan bangsa dan negera. Oleh karena itu, sudah saatnya untuk membentuk generasi penerus bangsa yang produktif agar nasib bangsa Indonesia ke depan bisa menjadi negara yang kokoh.
Komunitas yang Produktif (Sun Shine Comunitee)
            Membentuk generasi penerus bangsa haruslah di konsep secara matang, karena kalau dalam pembentukan sampai salah sasaran maka akan berdampak pada hasil yang ingin dicapai diawal. Keberagaman mahasasiwa di suatu universitas sudah merupakan hal yang biasa terjadi. Menurut Robert (2008:71) dalam teorinya Piaget menjelaskan bahwa golongan yang tergolong muda lebih bersikap kaku dalam pandangan mereka tentang benar dan salah daripada yang cenderung disikapi golongan yang lebih tua. Agar tidak terjadi perselisihan yang biasa terjadi digolongan kaum muda di dalam komunitas tersebut maka akan diberikan bermacam – macam kegiatan yang menjadi unggulan di setiap jurusan. Selain itu juga untuk meminimalisir dampak jenuh  dari kegiatan, maka semua kegiatan di implementasikan secara nyata dengan dukungan dan bimbingan langsung dari beberapa dosen dari setiap jurusan di univeritas tersebut.
            Misalnya dalam suatu universitas memiliki sepuluh fakultas, diantaranya FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik), FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan), FK (Fakultas Kedokteran), FT (Fakults Teknik), FIKES (Fakultas Kesehatan), FPP (Fakultas Pertanian dan Peternakan), Psikologi, FH (Fakultas Hukum), FAI (Fakultas Agama Islam), dan FEB (Fakultas Ekonomi dan Bisnis). Dari setiap fakultas pasti memiliki program kegiatan unggulan. Program kegiatan unggulan dari setiap jurusan itulah nantinya yang akan diberikan pada mahasiswa yang tergabung dalam Sun Shine Comunitee. Mengingat bahwa mahassiwa sebagai tombak penerus bangsa maka harus memiliki kemampuan yang heterogen. Oleh karena itu dengan melibatkan seluruh program kegiatan unggulan dalam setiap fakultas, diharapkan bisa memberikan pengalaman bagi mahasiswa ke depan. Karena belum tentu mahasiswa yang menempuh studi di FEB ahli dalam bidangnya, malah lebih berbakat di bidang teknik. Hal itu tidak menutup kemungkinan untuk yang berstudi sesuai dibidang studinya semakin berbakar  dalam bidang yang digeluti. Karena kegitan dalam sun shine comunitee ini tidak hanya terpaku paku konteks teori namun lebih di aplikasikan di masyarkat. Dan itu juga bisa dijadikan sebagai prasarana dalam menemukan potensi diri dalam setiap mahasiswa sekaligus mengembangkannya.     

PEMBAHASAN
Program Kegiatan Unggulan
            Perbedaan program kegiatan unggulan di setiap fakultas inilah yang akan menjadikan mahasiwa bisa lebih aplikatif dalam menghadapi berbagai persoalan di kehidupan msyarakat. Karena hasil akhir dari belajar di universitas tidak hanya terpaku pada kesuksesan mahasiswa berprestasi di bangku perkuliahan. Tetapi peran di masyarakatlah yang menjadi penentu suksesnya mahasiswa tersebut.
Program kegiatan unggulan yang akan di berikan dalam sun shine comunitee adalah
1.      FISIP        : kegiatan lebih diarahkan pada publikasi media di masyarakat.
2.      FKIP         : kegiatan lebih diarahkan tentang pengajaran yang baik di lembaga pendidikan.
3.      FK             : kegiatan lebih diarahkan tentang kesehatan.   
4.      FT              : kegiatan yang diarahkan pada aplikasi teknik di kehidupan sehari – hari.
5.      FIKES       : kegiatan lebih diarahkan kepada pelayanan kesehatan di masyarakat.   
6.    FPP        : kegiatan bisa diarahkan pada proses bercocok tanam yang bisa menghasilkan produk unggulan.
7.      Psikologi   : kegiatan bisa di fokuskan bagaimana menghadapai psikologi seseorang.
8.      FH             : kegitan diarahkan bagaimana tata hukum yang baik di Indonesia.
9.      FAI           : kegiatan yang diarahkan pada nilai - nilai agama di kehidupan bermasyarakat.
10.  FEB           : kegiatan yang diarahkan pada manajemen usaha secara mandiri.
            Dari kesepuluh program kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan diadakan dengan  seminar, bakti sosial, penyuluhan, talk show, dan lain sebagainya. Dan agar hasil dari kegiatan tersebut lebih maksimal, semua kegitan yang tergabung dalam komunitas tersebut haruslah diaplikasikan dalam kegiatan yang nyata dan dimasukkan dalam mata kuliah wajib. Karena dengan memasukkannya dalam mata kuliah wajib, mahasiswa tidak akan asal – asalan dalam hal pelaksanaannya. Selain itu juga, jika sebuah pembelajaran hanya di aplikasikan di dalam ruang perkuliahan saja masih kurang terlihat manfaatnya. Dengan diaplikasikan dengan bentuk kegiatan di lapangan, secara tidak langsung mahasiswa juga akan belajar bergaul dan memahami dunia di masyarakat. Karena seperti yang kita sudah ketahui teori dan praktek haruslah berjalan dengan seimbang.
Penerapan Sun Shine Comunitee
            Penerapan sun shine comunitee agar lebih berdampak pada hasil yang optimal maka kegiatan tersebut dimasukkan pada mata kuliah wajib. Karena diberlakukan peraturan yang demikian maka mahasiswa akan bersungguh – sungguh dalam pelaksanaannya. Jika mata kuliah tidak lulus maka harus ada konsekuensi tertentu. Agar lebih apresiatif, setiap program kegiatan lebih di dominasi pada praktek di lapangan. Hal tersebut sesuai dengan prinsip hakikat proses pembelajaran (Robert, 2009:15) yang menyebutkan bahwa pembelajaran pokok bahasan yang rumit akan sangat efektif apabila hal itu merupakan proses intensional untuk membentuk makna dari informasi dan pengalaman. Karena melihat kondisi psikologis mahasiswa yang masih tergolong sangat muda maka akan lebih senang jika di ajak untuk terjun langsung ke lapangan.   
            Program kegiatan sun shine comunitee, sebaiknya diperkenalkan dan diterapkan di awal tahun pada mahasiswa baru. Karena pada masa – masa itu proses perubahan jati diri dari Sekolah Menengas Atas (SMA) menjadi anak kuliahan. Pada fase inilah perlu adanya kontrol agar anak yang baru duduk di bangku perkuliahan bisa terkontrol emosinya dengan cara menyalurkannya pada kegiatan yang produktif. Jika sejak awal sudah diarahkan pada kegiatan bersifat produktif yang menyenangkan, pasti tidak akan terfikirkan untuk melakukan tindakan yang anarkis (kontraproduktif).
            Oleh karena itu dengan penerapan adanya sun shine comunitee di lembaga pendidikan tinggi, dapat mengurangi kasus kontraproduktif di kalangan mahasiswa. Selain itu, juga bisa sebagai bentuk kegiatan yang dapat membentuk generasi penerus bangsa yang produktif.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Kasus kontraproduktif yang terjadi di kalangan mahasiswa merupakan salah satu akibat dari permasalahan di zaman dahulu yang selalu dalam hal anarkis. Dan sekarang hampir setiap hari peristiwa tawuran terjadi di kalangan mahasiswa. Padahal mahasiwa merupakan agent of change, tidak sepatutnya jika sebagai penerus generasi bangsa melakukan tindakan yang merugikan bangsa dan negaranya. Jika dilihat dari fase umur, memang mahasiswa masih tergolong relatif muda. Kecederungannya adalah memiliki ambisi, idelias, dan emosi yang tinggi. Oleh karena itu perlu adanya solusi tepat yang dapat meredamkan kasus yang sudah mewabah di kalangan mahasiswa. Salah satunya dengan sun shine comunitee: alternatif peredam kasus kontraproduktif di kalangan mahasiswa untuk membentuk generasi penerus bangsa yang produktif.
            Konsep dari sun shine comunitee merupakan suatu bentuk komunitas yang berisikan kegiatan – kegiatan produktif. Kegiatan yang ada di komunitas ini mengambil dari program unggulan dari setiap fakultas yang ada di universitas tersebut. Dan kegiatan di komunitas ini di jadikan sebagai mata kuliah wajib. Agar mahasiswa bersungguh – sungguh dalam hal pelaksanaaan kegiatan tersebut.  
            Program kegiatan unggulan di setiap fakultas yang diberikan di komunitas ini diambil bertujuan agar mahasiswa bisa memiliki banyak keahlian di berbagai bidang. Karena sebagai penerus generasi bangsa, mahasiswa tidak hanya dituntut pandai dalam teori tetapi juga dalam hal praktek. Oleh karena itu dengan adanya sun shine comunitee ini, bisa dijadikan sebagai prasarana dalam meningkatkan dan mengetahui potensi diri. Yang juga bisa di jadikan sebagai sarana untuk mengembangkan soft skill dalam bermasyarakat.
Saran
            Diharapkan pemerintah baik daerah maupun pusat khususnya di bidang pendidikan sudah saatnya menerapkan konsep dari sun shine comunitee agar kasus kontarpoduktif yang terjadi di kalangan mahasiswa bisa cepat teratasi. Bersamaan dengan upaya ini, masyarakat juga ikut mendukung dengan cara memberikan arahan kepada para generasi penerus bangsa untuk terus melakukan kegiatan produktif demi majunya bangsa Indonesia. 

DAFTAR PUSTAKA

E, Robert Slavin. 2009. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta : PT. Macanan Jaya  Cemerlang.
_________________________________________________________________. Jilid 2. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang.
S, Robert Feldman. 2012. Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Wade, Carole. 2007. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. 
___________________________________________. Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. 
Adib, Muhammad. 2011. “Peran Penting Mahasiswa Indonesia”. http://adibjatidiri.blogspot.com. Diakses tanggal 2 Desember 2012.
Bayu, Deddi. 2012. “Kasus Tawuran Pelajar di Jabotabek”. http://skalanews.com. Diakses tanggal 2 Desember 2012.
Nurman, Muhammad Said. 2011. “Peran Mahasiswa dalam Pembangunan daerah”. http://nurmansaid.blogspot.com. Diakses tanggal 2 Desember 2012.
Anonim, 2012. “Data Kasus Tawuran Pelajar 2011 – 2012”. http://@infojakarta.com. Diakses tanggal 2 Desember 2012. 
Anonim. 2012. “Berita Tawuran Pelajar”. http://beritakaget.com. Diakses tanggal 2 Desember 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar